Sabtu, 22 November 2025

Rencana Operasional dan Prosedur Pengendalian Mutu Usaha 'Reed Diffuser Aromaterapi'

  • Deskripsi Produk dan Proses Produksi


Produk Kreatif Aroma Ruangan: Reed Diffuser Non-Listrik

Produk yang ingin dikembangkan adalah reed diffuser non-listrik, yaitu pengharum ruangan berbasis cairan yang menggunakan stik rotan berpori untuk menyebarkan aroma secara alami tanpa bantuan listrik atau penyemprotan manual. Reed diffuser dipilih karena termasuk produk kreatif yang praktis, aman, estetik, dan memiliki nilai guna tinggi. Produk ini cocok sebagai hadiah, hampers, atau souvenir, serta memiliki potensi pasar yang terus meningkat seiring tren aromaterapi dan home-decor.

Reed diffuser yang diproduksi terdiri dari dua komponen utama: cairan fragrance (pewangi) dan reed sticks (stik rotan). Cairan fragrance dibuat dari campuran essential oil beraroma lembut (misalnya lavender, chamomile, citrus), diffuser base (pelarut khusus yang membantu aroma menyebar stabil), dan sedikit pewarna natural jika diperlukan. Produk dikemas dalam botol kaca kecil berkapasitas 30–50 ml dengan desain minimalis agar tampil profesional sebagai produk souvenir.

 

  • Proses Produksi Reed Diffuser

Tahapan produksi dilakukan secara manual dengan tetap mengacu pada prinsip efisiensi, kebersihan, dan konsistensi kualitas. Prosesnya meliputi:

1. Persiapan Bahan dan Alat

  • Menimbang essential oil sesuai formulasi aroma.
  • Mengukur diffuser base sesuai volume produksi.
  • Menyiapkan botol kaca, tutup, stik rotan, serta label produk.
  • Membersihkan alat seperti gelas ukur, beaker, corong stainless, dan sarung tangan.

2. Pencampuran Cairan Diffuser

  • Essential oil dimasukkan ke gelas ukur.
  • Ditambahkan diffuser base sesuai rasio (umumnya 20% aroma, 80% diffuser base).
  • Campuran diaduk perlahan menggunakan stirrer manual selama 1–2 menit hingga homogen.
  • Campuran didiamkan 5 menit agar gelembung hilang.

3. Pengisian ke Botol

  • Botol kaca yang sudah disterilkan diisi cairan dengan corong kecil.
  • Volume standar untuk souvenir adalah 30 ml per botol.
  • Botol ditutup rapat untuk menghindari penguapan.

4. Penataan Reed Sticks & Pengemasan

  • Reed sticks disatukan dalam satu bundle kecil (5–6 sticks per kemasan).
  • Botol dan reed sticks dikemas bersamaan dalam kotak kecil/kantong mika.
  • Label aroma, kode produksi, dan cara penggunaan ditempelkan.

Tambahan: 

Cara Menggunakan Reed Diffuser:

1. Buka tutup botol diffuser.

2. Masukkan 3–6 reed sticks ke dalam botol.

3. Biarkan stik menyerap cairan selama 5–10 menit.

4. Setelah stik terasa agak basah, balikkan stik agar bagian yang basah menghadap ke atas.

5. Taruh diffuser di tempat yang tidak terkena panas langsung atau kipas angin.

6. Untuk aroma yang lebih kuat, tambahkan jumlah stik.

7. Untuk menyegarkan aroma kembali, balikkan stik setiap 3–5 hari sekali.

8. Ganti sticks setiap 1–2 bulan untuk hasil maksimal.

Keamanan Pemakaian:

  • Jauhkan dari api terbuka.
  • Jangan diminum.
  • Simpan jauh dari jangkauan anak kecil.
  • Jika tumpah, segera lap agar tidak meninggalkan noda.

 

  • Prosedur Pengendalian Mutu Reed Diffuser

Pengendalian mutu pada produksi reed diffuser dilakukan untuk memastikan seluruh produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas visual, fungsional, dan keamanan. Prosedur ini disusun berdasarkan prinsip manajemen mutu, pendekatan PDCA, dan praktik Kaizen yang menekankan perbaikan berkelanjutan.

1. Standar Kualitas Produk

a. Standar visual

  • Cairan diffuser jernih, tidak keruh, dan tidak terdapat partikel atau endapan.
  • Level volume cairan dalam botol seragam sesuai kapasitas (±1 ml).
  • Botol kaca bersih tanpa sidik jari, noda, atau goresan mencolok.
  • Label menempel rapi, tidak miring, tidak terkelupas.
  • Reed sticks seragam panjangnya dan tidak patah.

b. Standar fungsional

  • Aroma keluar secara konsisten dalam 10–20 menit setelah sticks dimasukkan.
  • Aroma tetap stabil minimal 1–2 minggu pada pemakaian normal.
  • Reed sticks dapat menyerap cairan secara merata.
  • Tidak ada kebocoran pada tutup ketika botol dimiringkan.

c. Standar keamanan

  • Botol tertutup rapat sebelum dikemas.
  • Cairan menggunakan diffuser base yang aman dan sesuai standar.
  • Seluruh bahan kimia diukur dengan presisi menggunakan alat ukur.
  • Penyimpanan jauh dari panas dan api.
  • Pengemasan menggunakan plastik/kotak yang aman untuk transportasi.

2. Tahapan Inspeksi dan Metode Pengujian

Tahapan inspeksi dilakukan di beberapa titik proses agar mutu terjaga sejak awal.

a. Inspeksi bahan baku

  • Mengecek kejernihan diffuser base.
  • Mengecek kualitas essential oil (aroma kuat, tidak tengik).
  • Memeriksa reed sticks (pori merata, tidak patah).
  • Botol diperiksa kebersihannya sebelum dipakai.

b. Inspeksi selama proses produksi

  • Memastikan takaran essential oil dan diffuser base sesuai formula.
  • Memastikan proses pencampuran homogen (waktu pengadukan sesuai standar).
  • Memastikan tidak ada kontaminasi dari alat yang tidak steril.

c. Inspeksi produk akhir

Metode pengujian khusus:

  1. Uji kebocoran: botol dimiringkan selama 5 detik untuk melihat apakah ada rembesan.
  2. Uji kejernihan: botol diperiksa di bawah cahaya untuk memastikan tidak ada partikel.
  3. Uji wangi cepat (quick scent test): reed stick dimasukkan 5 menit pada sample cairan, lalu aromanya dicek pada jarak 20–30 cm.
  4. Uji konsistensi volume: menggunakan gelas ukur untuk memastikan volume tidak kurang dari standar.

3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kerusakan

  • Semua temuan kerusakan dicatat menggunakan formulir sederhana berisi:
  • Tanggal produksi
  • Batch produksi
  • Jenis kerusakan (misal: botol bocor, label miring, aroma terlalu lemah, stick patah)
  • Jumlah produk rusak
  • Tindakan yang diambil
  • Catatan penyebab (jika dapat diidentifikasi)
  • Produk rusak ringan (label miring, volume sedikit kurang) dapat dirework.
  • Produk rusak berat (botol retak, kontaminasi, aroma tidak keluar) langsung dipisahkan dan tidak dikemas.

4. Tindakan Korektif dan Preventif (CAPA)

a. Tindakan korektif

Dilakukan jika ada produk rusak ditemukan.

Contoh:

  • Mengganti batch reed sticks jika penyerapannya tidak merata.
  • Mengulang proses pengisian jika volume tidak konsisten.
  • Mengganti pemasok botol jika banyak yang retak.

b. Tindakan preventif

Dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan berulang.

Contoh:

  • Membersihkan alat sebelum setiap batch produksi.
  • Mengecek kualitas bahan baku sebelum dipakai.
  • Melakukan kalibrasi gelas ukur seminggu sekali.
  • Menstandarkan waktu pengadukan untuk seluruh batch.

5. Peran Tim QC dan Pelatihan Karyawan

Karena usaha masih merintis dan baru dimulai, peran QC dapat dipegang oleh 1 orang (owner atau asisten produksi). Tugasnya:

  • Mengawasi inspeksi bahan baku.
  • Memeriksa produk akhir secara acak (sampling).
  • Mengisi catatan kualitas dan laporan cacat.
  • Mengarahkan perbaikan jika ada kesalahan produksi.
  • Melatih pekerja baru mengenai standar kebersihan, takaran, dan cara penanganan bahan.

Pelatihan dasar yang diberikan:

  • Pelatihan kebersihan dan sanitasi alat.
  • Pelatihan penggunaan gelas ukur dan takaran essential oil.
  • Pelatihan pengemasan rapi.
  • Pelatihan membaca formulir batch produksi dan QC.

6. Pendekatan PDCA (Plan–Do–Check–Act)

Plan: menentukan standar kualitas, formulasi, alat yang dibutuhkan, dan SOP produksi.

Do: melaksanakan produksi sesuai SOP yang ditetapkan.

Check: melakukan inspeksi bahan baku, proses, dan produk akhir.

Act: melakukan perbaikan (revisi SOP, perbaikan alat, pelatihan ulang) jika ditemukan cacat atau ketidaksesuaian.

7. Prinsip Kaizen dalam Produksi Reed Diffuser

Kaizen diterapkan melalui langkah-langkah kecil namun konsisten:

  • Menambah catatan harian masalah kecil di produksi.
  • Mengevaluasi alur kerja setiap minggu.
  • Mengurangi pemborosan (misal: mengatur posisi meja agar bahan tidak jauh).
  • Mencari cara mempercepat pekerjaan tanpa mengurangi kualitas (misal botol disusun dekat area pengisian).
  • Mengganti alat yang sering membuat error.

8. Diagram Alur / Flowchart Mutu

Berikut flowchart sederhana pengendalian mutu reed diffuser:





LAMPIRAN

Tabel Jadwal Produksi (Contoh Produksi 100pcs Reed Diffuser)

Jadwal Produksi Harian (Batch 100pcs)

Tahap Produksi            

Durasi

Penanggung Jawab

Keterangan

Persiapan alat dan bahan

20 menit

Owner

Sterilisasi alat dan pengecekan bahan baku

Penakaran bahan cair      

15 menit

Owner

Sterilisasi alat dan pengecekan bahan

Proses pencampuran       

20 menit

Owner

Pengadukan hingga homogen

Pengisian ke botol        

45 menit

Asisten

Menggunakan corong dan gelas ukur

Pemasangan reed sticks

10 menit

Asisten

Dimasukkan setelah pengisian

Pemasangan label dan segel

30 Menit

Owner

Rapi, tidak miring                        

Inspeksi QC akhir

20 Menit

Owner/Asisten

Uji kebocoran dan kejernihan

Pengemasan                

20 Menit

Asisten

Box souvenir aman

Total waktu

± 3 jam 

-

Untuk 100pcs

 

Diagram Alur Proses Produksi (Process Flow Diagram)


Formulir Inspeksi Mutu (Quality Inspection Sheet)


Layout Fasilitas (Sketsa Sederhana)

Layout Ruang Produksi (3 × 4 meter)

+--------------------------------------------------+

 Area Penyimpanan Bahan Baku (rak kecil)

 Botol, reed sticks, base, essential oil         

+--------------------+-----------------------------+

 Meja Penakaran     | Meja Pencampuran           

 Gelas ukur, corong | Wadah mixing               

+--------------------+-----------------------------+

 Area Pengisian Botol (meja panjang)             

 Corong, botol, kain lap                        

+--------------------+-----------------------------+

 Area Labeling & QC (sisi dekat jendela)         

 Label, segel, checklist QC                      

+--------------------+-----------------------------+

 Area Pengemasan & Penyimpanan Hasil             

 Box souvenir, bubble wrap, kardus               

+--------------------------------------------------+

 


Observasi Proses Produksi Risollaku dan Analisis Kelebihan serta Kekurangannya

Usaha Risollaku merupakan salah satu contoh UMKM kuliner yang lahir bukan dari modal besar, tetapi dari ketekunan, ketulusan seorang ibu, dan kemauan untuk terus belajar dari setiap proses yang dijalani. Usaha ini didirikan oleh Winery Nisasuci, seorang ibu rumah tangga asal Bogor yang mengelola keseharian dengan tiga anak sambil tetap memiliki tekad kuat untuk mandiri secara finansial. Awalnya bukan bisnis risol yang ia jalankan. Sebelum terjun ke dunia kuliner, ia pernah menggeluti usaha pakaian muslim. Namun, kondisi anak ketiganya yang memiliki alergi dan asma membuatnya harus menghentikan usaha tersebut dan lebih banyak berada di rumah.

Perjalanan bisnis Risollaku justru dimulai dari sesuatu yang sederhana yaitu bekal yang dibawa anaknya ke sekolah. Nisa sering menyiapkan berbagai camilan untuk anak-anaknya, salah satunya adalah risol. Ternyata, risol buatannya mendapat banyak respons positif, tidak hanya dari anaknya tetapi juga dari teman-temannya di sekolah. Dari sanalah permintaan mulai berdatangan. Awalnya kecil, sekitar 1 kg adonan kemudian naik menjadi 2 kg, 10 kg, hingga akhirnya mampu memproduksi 100 kg adonan risol per hari. Semua itu dimulai dari modal hanya Rp 75.000, menggunakan alat-alat rumah tangga seperti teflon dan mixer sederhana.

Inspirasi Nisa untuk membuat risol juga datang dari keluarga dekat. Ia awalnya belajar risol isi sayur dari bibi yang bekerja di rumah orang tuanya, lalu mengembangkan resepnya sendiri dengan isian yang lebih modern dan disukai anak muda, seperti smoke beef, cheese, telur, dan sosis. Dari resep rumahan yang sederhana, berkembanglah variasi rasa yang menjadi ciri khas Risollaku.

Yang menarik, Nisa tidak pernah merasa dirinya berada dalam masa tersulit. Menurutnya, rasa “susah” itu muncul dari pikiran sendiri. Ia pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa jika kita terus memikirkan bahwa hidup kita berat, maka hidup akan terasa semakin berat. Karena itu, ia memilih untuk menikmati proses, mensyukuri perjalanan, dan percaya bahwa setiap fase memiliki pelajarannya sendiri. Bahkan ketika pernah direndahkan atau dianggap remeh, ia tidak menyimpannya sebagai beban, melainkan sebagai energi untuk terus membuktikan diri.

Dalam banyak kesempatan, Nisa juga menekankan pentingnya memulai usaha dari apa yang ada. Ia selalu mengingatkan bahwa ketika seseorang memulai usaha, kondisinya masih “gelap” belum tahu untung atau rugi maka jangan langsung berutang. Gunakan apa yang dimiliki dulu: kalau modalnya hanya Rp 100.000, gunakan itu. Kalau modalnya tenaga, pakai tenaga. Prinsip inilah yang membuatnya bertahan dan berkembang tanpa tekanan finansial berlebih.

Dari ruang kecil berukuran 2 × 1,5 meter di rumahnya dan penyimpanan freezer seadanya di halaman belakang, Risollaku kini telah berkembang menjadi usaha dengan tempat produksi terpisah dan ruang penyimpanan beku yang jauh lebih besar dengan pegawai yang sudah banyak dipekerjakan. Baginya, yang terpenting adalah bisa membuka lapangan kerja dan tetap menjaga kualitas produk.

Kisah Risollaku mengajarkan bahwa usaha yang besar tidak selalu dimulai dari rencana besar. Terkadang, yang dibutuhkan hanyalah keberanian memulai dari hal sederhana, ketekunan menjaga kualitas, dan kemauan untuk terus berproses tanpa mengeluh. Dari dapur kecil seorang ibu rumah tangga, lahirlah bisnis risol yang kini dikenal luas dan menjadi inspirasi banyak pelaku UMKM lainnya.


  • Jenis produk yang dihasilkan

Risollaku memproduksi berbagai jenis risol dengan variasi isi yang menyesuaikan selera pasar modern, terutama anak muda dan keluarga. Produk utamanya adalah risol frozen yang dapat digoreng kapan saja, sehingga praktis untuk dijadikan camilan ataupun stok makanan rumah tangga. Risol yang dihasilkan tidak lagi hanya berisi sayuran seperti risol tradisional, tetapi telah mengalami inovasi dari resep awalnya yang diwariskan oleh bibi sang pemilik. Saat pertama kali belajar membuat risol, isian yang digunakan adalah sayur mayur sederhana. Namun, setelah melihat minat anak-anaknya dan permintaan orang-orang sekitar, Ibu Nisa mulai memodifikasi isiannya. Ia menambahkan variasi seperti mayones, smoke beef, keju, telur, dan sosis agar rasanya lebih modern dan sesuai selera konsumen saat ini.

Selain risol, usaha ini juga memproduksi beberapa jenis makanan frozen lainnya seperti cireng dan lumpia. Namun tetap, risol menjadi produk inti yang paling dikenal dan paling banyak dipesan. Setiap risol diproduksi dalam jumlah besar setiap hari, mengingat permintaan yang terus meningkat. Bahkan kapasitas produksi mencapai sekitar sepuluh ribu potong risol per hari atau setara seribu kemasan, dengan adonan total kurang lebih seratus kilogram. Tingginya permintaan ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah berhasil memenuhi selera pasar dari segi rasa, kepraktisan, dan konsistensi kualitas.

 

  • Tahapan proses produksi

Proses produksi Risollaku sudah tertata dengan baik dan melibatkan beberapa tahapan penting dari persiapan bahan hingga penyimpanan akhir. Berikut adalah langkah-langkah proses produksinya:

1. Persiapan bahan baku

Bahan-bahan utama seperti telur, tepung terigu hingga empat kilogram per sekali produksi, mentega, garam, merica, susu bubuk, dan tepung roti disiapkan dalam jumlah besar sesuai kebutuhan harian. Bahan isian seperti mayones, smoke beef, keju, telur, dan sosis juga disiapkan dan dipotong sesuai standar.

2. Pencampuran adonan kulit

Semua bahan kulit dimasukkan ke mesin giling. Proses penggilingan dilakukan selama kurang lebih dua menit hingga seluruh bahan tercampur rata dan menghasilkan adonan yang halus. Dulu proses ini manual, tetapi kini mesin membuat hasilnya lebih konsisten.

3. Pemindahan adonan ke wadah produksi

Setelah selesai digiling, adonan dipindahkan ke wadah besar agar mudah dituangkan ke mesin berikutnya.

4. Pencetakan kulit risol

Adonan dituangkan ke mesin pembuat kulit risol yang mencetak lembaran kulit dengan ketebalan dan ukuran yang sama. Lembaran yang sudah matang ditata rapi di meja produksi.

5. Pengisian isian risol

Tahap ini masih dilakukan secara manual oleh para pekerja. Setiap lembar kulit diberi isian sesuai takaran yang sudah ditentukan, seperti campuran mayones-smoke beef-keju atau varian lainnya.

6. Pembentukan risol

Kulit yang sudah diisi kemudian digulung dan dilipat hingga membentuk risol yang rapi. Bagian ini membutuhkan ketelitian agar bentuk risol seragam.

7. Pelapisan dengan tepung roti

Risol yang sudah dibentuk kemudian dilapisi tepung roti. Lapisan ini akan memberikan tekstur renyah ketika digoreng oleh konsumen.

8. Penyimpanan di freezer

Risol yang sudah selesai diproduksi dimasukkan ke ruang penyimpanan beku yang besar. Dahulu hanya menggunakan freezer kecil di halaman rumah, tetapi sekarang mereka memiliki ruangan khusus freezer berkapasitas besar untuk menyimpan ribuan risol frozen.

9. Pengemasan dan distribusi

Setelah cukup dingin dan teksturnya stabil, risol dikemas sesuai jumlah pesanan atau standar stok harian. Produk kemudian didistribusikan atau dijual langsung kepada pelanggan maupun reseller.

Setiap tahap dikerjakan dengan prinsip kesabaran dan efisiensi, mengikuti filosofi Ibu Winery yang selalu menekankan pentingnya menikmati proses, memulai usaha dari apa yang ada, serta berkembang bertahap tanpa memaksakan hutang di awal usaha.

 

  • Alur Kerja dan Layout Fasilitas

Proses produksi risol di usaha Risollaku dirancang sederhana namun tetap efisien. Meskipun bisnis ini berawal dari dapur rumah, seiring berkembangnya pesanan, sistem kerja dan tata letaknya dibuat semakin tertata agar produksi dapat berjalan lancar, higienis, dan memenuhi standar kualitas. Saat ini proses produksi dilakukan di ruang khusus berukuran kurang lebih 2 x 1,5 meter, yang kemudian berkembang menjadi area yang lebih luas ketika Ibu Nisa dapat membeli ruangan produksi terpisah dari rumah. Setiap area dikelola dengan memperhatikan kebersihan dan kerapihan, sehingga aktivitas kerja dapat berlangsung tanpa banyak hambatan.

Tahapan alur kerja yang dilakukan oleh tim produksi Risollaku adalah sebagai berikut:

  1. Menyiapkan semua bahan baku seperti telur, tepung terigu, mentega, garam, merica, susu bubuk, dan tepung roti.
  2. Memasukkan seluruh bahan ke dalam mesin giling dan mencampurnya selama kurang lebih dua menit hingga adonan kulit risol halus dan merata.
  3. Menuang adonan yang telah tercampur ke dalam wadah besar yang aman dan bersih.
  4. Memasukkan adonan ke mesin pembuat kulit risol agar hasilnya tipis, seragam, dan lebih cepat dibandingkan jika dibuat manual.
  5. Menyiapkan isian yang terdiri dari mayonnaise, smoke beef, keju, dan sosis, kemudian proses pengisian dilakukan secara manual oleh pekerja terlatih.
  6. Melakukan tahap penggulungan dan pembentukan risol, kemudian risol dilapisi tepung roti sebelum siap dibekukan.
  7. Menyusun risol yang sudah jadi ke dalam wadah-wadah bersih untuk kemudian dimasukkan ke ruang freezer besar agar dapat disimpan sebagai stok frozen risol.

Dari segi layout fasilitas, penempatan alat produksi, meja kerja, freezer, dan area penyimpanan diatur sedemikian rupa agar pekerja bisa bergerak tanpa menghambat satu sama lain. Area pengadonan dipisah dari area pencetakan, sedangkan proses pengisian dan pengemasan dilakukan di meja kerja khusus agar lebih higienis. Freezer terletak di area terpisah agar tidak mengganggu aktivitas utama. Tata letak seperti ini membantu menjaga kelancaran alur kerja serta mengurangi risiko kesalahan atau hambatan selama produksi.

 

  • Penggunaan Tenaga Kerja, Bahan Baku, dan Peralatan

Dalam proses produksinya, Risollaku melibatkan cukup banyak pekerja. Para pekerja tampak terampil, mengenakan apron, sarung tangan, serta bekerja dengan gerakan yang konsisten dan cepat. Lingkungan kerja juga terlihat sangat bersih dan tertata rapi, menunjukkan bahwa usaha ini tidak hanya berfokus pada jumlah produksi, tetapi juga pada kualitas dan standarisasi proses kerja.

Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi risol antara lain:

  • Telur sebanyak kurang lebih 15 butir untuk satu kali adonan.
  • Tepung terigu sekitar 4 kg.
  • Mentega, garam, merica, dan susu bubuk sebagai bahan dasar adonan.
  • Tepung roti untuk pelapisan luarnya.
  • Bahan isian seperti smoke beef, keju, sosis, dan mayonnaise.

Sementara itu, peralatan yang digunakan meliputi:

  • Mesin giling untuk mencampur adonan secara cepat dan merata.
  • Mesin pencetak kulit risol untuk menghasilkan ukuran yang konsisten.
  • Freezer besar sebagai tempat penyimpanan risol frozen.
  • Meja kerja stainless, wadah-wadah bersih, dan peralatan manual seperti spatula, sendok, dan perlengkapan penggorengan.

Semua peralatan tampak terawat dengan baik, ditempatkan pada area yang bersih, dan digunakan sesuai fungsinya untuk menjaga efisiensi serta kualitas produk.

 

  • Sistem Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu dalam usaha Risollaku terlihat cukup kuat meskipun dimulai dari produksi rumahan. Ibu Nisa menerapkan standar higienitas yang tinggi dan memastikan bahwa setiap langkah dilakukan dengan teliti. Sistem pengendalian mutunya terlihat dari beberapa aspek berikut:

  • Pekerja menggunakan sarung tangan, apron, dan pakaian yang rapi untuk menjaga kebersihan selama proses produksi.
  • Area kerja selalu dijaga tetap bersih, dengan wadah-wadah makanan yang tersusun rapi dan bebas dari kotoran.
  • Proses pencampuran adonan dilakukan dengan mesin agar hasilnya konsisten setiap kali produksi.
  • Pengisian risol dilakukan secara manual oleh pekerja yang berpengalaman untuk memastikan ukuran dan bentuknya sama.
  • Penyimpanan menggunakan freezer ruangan besar yang memungkinkan stok risol beku disimpan dalam suhu yang stabil sehingga kualitas tetap terjaga.
  • Bahan baku yang digunakan adalah bahan segar dan disiapkan pada hari yang sama untuk menjaga cita rasa produk.
  • Proses pengecekan visual dilakukan sebelum risol dibekukan untuk memastikan tidak ada produk yang rusak atau bentuk kurang sempurna.

Sistem mutu seperti ini membuat produksi menjadi lebih stabil dan hasilnya konsisten, meskipun permintaan meningkat dari waktu ke waktu. Standar kebersihan dan pengelolaan ruang kerja yang baik menjadi salah satu alasan Risollaku bisa berkembang pesat dan mendapatkan kepercayaan pelanggan.


  • Analisis Kelebihan dan Kekurangan Proses Produksi Risollaku

1. Efisiensi Waktu dan Tenaga

Kelebihan:

  • Proses pencampuran adonan dilakukan menggunakan mesin giling sehingga hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit untuk mencapai tekstur yang halus dan merata. Hal ini menghemat waktu yang cukup signifikan dibanding metode manual.
  • Penggunaan mesin pembuat kulit risol mengurangi pekerjaan manual yang memerlukan banyak tenaga dan menghasilkan kulit dengan ukuran konsisten, sehingga alur produksi menjadi lebih cepat.
  • Pekerja sudah terbiasa dengan flow kerja dan terlihat terampil dalam menggulung serta mengisi risol, sehingga proses dapat berlangsung stabil meski volume produksi besar.
  • Tata letak ruang produksi yang tertata membuat pekerja bisa bergerak lebih efisien tanpa saling mengganggu.

Kekurangan:

  • Tahap pengisian risol masih manual, sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja manusia. Jika permintaan meningkat tajam, proses ini berpotensi menjadi bottleneck.
  • Ruang produksi yang awalnya sempit dapat membatasi efisiensi jika tidak disesuaikan dengan kapasitas pekerja dan alat yang semakin bertambah.

2. Kualitas Produk dan Konsistensi Hasil

Kelebihan:

  • Konsistensi kulit risol terjaga karena dicetak menggunakan mesin, sehingga ukuran dan ketebalannya stabil.
  • Bahan baku yang digunakan merupakan bahan segar dan disiapkan setiap hari untuk menjaga cita rasa.
  • Pekerja mengenakan sarung tangan dan apron sehingga higienitas produk terjaga, mempengaruhi kualitas dan keamanan pangan.
  • Proses pemeriksaan visual dilakukan sebelum risol dibekukan, memastikan hanya produk yang layak yang masuk ke freezer.

Kekurangan:

  • Karena pengisian risol dilakukan secara manual, bentuk dan ketebalan isian sedikit bervariasi tergantung ketelitian pekerja.
  • Jika kualitas bahan baku tertentu tidak stabil (misalnya harga dan kualitas daging atau keju), cita rasa produk berpotensi berubah.

3. Pengelolaan Bahan Baku dan Limbah

Kelebihan:

  • Komposisi bahan baku sudah jelas, mudah diperoleh, dan tidak bergantung pada bahan yang sulit dicari, sehingga pengadaan bahan relatif stabil.
  • Freezer dengan kapasitas besar memungkinkan penyimpanan stok dalam jumlah banyak sehingga bahan baku dan hasil jadi tidak cepat rusak.
  • Usaha ini menerapkan konsep produksi beku sehingga limbah makanan dapat diminimalkan, karena produk bisa disimpan lama dalam suhu rendah.

Kekurangan:

  • Dari pengamatan, belum terlihat adanya sistem pemilahan limbah atau manajemen limbah spesifik yang terstruktur (misalnya pengolahan sisa tepung)
  • Belum ada informasi pasti mengenai pencatatan stok bahan baku secara digital sehingga potensi pemborosan kecil tetap bisa terjadi.

4. Penggunaan Teknologi dan Otomasi

Kelebihan:

  • Mesin giling dan mesin pencetak kulit risol memberi kontribusi besar pada percepatan produksi dan konsistensi hasil.
  • Freezer ruangan besar memberikan kapasitas penyimpanan yang memungkinkan produksi skala besar tanpa mengurangi kualitas.
  • Alat produksi bersih dan terawat sehingga mendukung proses yang stabil dan higienis.

Kekurangan:

  • Otomasi masih terbatas pada dua titik, yaitu pencampuran adonan dan pencetakan kulit. Tahapan lainnya masih didominasi tenaga kerja manual.
  • Potensi penggunaan alat tambahan seperti mesin pengisi risol atau conveyor kecil belum dimanfaatkan, padahal hal ini dapat meningkatkan kapasitas produksi harian.

5. Sistem Dokumentasi dan Pelaporan

Kelebihan:

  • Berdasarkan wawancara, pemilik usaha sangat disiplin dan memiliki pola pikir mandiri yang kuat, sehingga secara umum proses dan hasil produksi diperhatikan dengan detail.
  • Alur kerja yang konsisten menunjukkan bahwa pencatatan internal minimal sudah ada untuk mengatur jadwal produksi dan stok.

Kekurangan:

  • Belum terlihat adanya sistem dokumentasi formal seperti laporan produksi harian, pencatatan limbah, laporan kualitas, atau database bahan baku.
  • Jika tidak ada pembukuan digital, risiko kesalahan perhitungan stok dan biaya produksi akan semakin besar seiring berkembangnya usaha.
  • Minimnya penggunaan software produksi atau inventaris mengurangi keteraturan pelaporan, padahal usaha sudah mencapai kapasitas besar (hingga 10.000 pcs per hari).

 

  • Rekomendasi Perbaikan Proses Produksi Risollaku

Untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan keberlanjutan usaha Risollaku yang kini sudah berkembang menjadi produksi skala besar, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan berdasarkan prinsip manajemen produksi modern.

1. Penerapan Metode Lean atau Kaizen

Pendekatan lean dan Kaizen dapat membantu mengurangi pekerjaan yang tidak bernilai tabah serta memperbaiki proses secara berkelanjutan.

Rekomendasi:

  • Melakukan evaluasi rutin terhadap tahapan kerja untuk mengidentifikasi bagian yang memakan waktu terlalu lama, terutama pada proses pengisian risol yang masih 100 persen manual.
  • Membuat standar kerja sederhana (standardized work) agar semua pekerja memiliki pola kerja yang sama, sehingga hasil lebih konsisten.
  • Menerapkan perbaikan kecil harian, seperti penataan ulang meja kerja, teknik menggulung yang seragam, atau penggunaan alat bantu kecil untuk mempercepat pengisian risol.

Dampak:

Produksi menjadi lebih cepat, alur kerja lebih rapi, dan kualitas produk lebih stabil.

2. Perbaikan Layout Kerja

Layout ruang produksi sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan efisiensi tenaga kerja. Meskipun ruang produksi Risollaku sudah rapi dan bersih, peningkatan kapasitas produksi memerlukan penataan yang lebih optimal.

Rekomendasi:

  • Mengatur alur ruang berdasarkan urutan proses: area adonan, area pencetakan kulit, area pengisian, area pelapisan tepung roti, dan area pembekuan.
  • Mengurangi aktivitas bolak-balik pekerja dengan menempatkan meja dan peralatan dalam bentuk lini lurus (straight-line layout) atau U-shape agar komunikasi dan pergerakan lebih cepat.
  • Menggunakan meja panjang dengan pembagian stasiun kerja, sehingga pekerja dapat fokus pada satu tugas untuk meningkatkan kecepatan dan konsistensi.

Dampak:

Waktu produksi lebih efisien dan risiko tabrakan antar-pekerja berkurang, terutama saat volume produksi tinggi.

3. Penguatan Kontrol Kualitas

Kontrol kualitas saat ini bersifat visual dan manual. Agar bisnis semakin besar, sistem ini perlu diperkuat.

Rekomendasi:

  • Menyusun daftar standar kualitas produk (SOP kualitas), misalnya ketebalan kulit, berat isian, tingkat kerapihan, dan waktu penyimpanan di freezer.
  • Melakukan pemeriksaan berkala secara sampling untuk memastikan standar dipenuhi.
  • Memberi pelatihan khusus kepada bagian quality control untuk mengenali cacat produk sejak dini.
  • Menggunakan timbangan digital untuk memeriksa berat risol secara acak agar ukuran lebih seragam.

Dampak:

Produk lebih konsisten dari segi bentuk, rasa, dan tekstur, sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan serta profesionalitas merek.

4. Digitalisasi Proses Produksi

Digitalisasi tidak harus mahal; bahkan sistem sederhana dapat memberikan dampak besar pada pengendalian produksi dan pengelolaan stok.

Rekomendasi:

  • Menggunakan aplikasi sederhana seperti Google Sheets atau aplikasi kasir/stock opname untuk mencatat bahan baku harian, penggunaan bahan, dan jumlah produksi.
  • Membuat dashboard kecil untuk memantau stok keluar-masuk, terutama produk frozen yang memerlukan rotasi stok.
  • Menyimpan dokumen penting seperti catatan produksi, daftar belanja harian, dan jadwal pembekuan di folder digital agar mudah diakses.

Dampak:

Kesalahan perhitungan stok dapat diminimalkan, dan pemilik usaha lebih mudah memprediksi kebutuhan produksi serta menghindari kehabisan bahan atau overstock.

5. Pelatihan SDM Secara Berkala

Dengan jumlah pekerja yang cukup banyak, kualitas produksi sangat bergantung pada keterampilan dan kedisiplinan tim.

Rekomendasi:

  • Memberikan pelatihan singkat mengenai teknik menggulung yang seragam, cara menjaga kebersihan produk, dan penggunaan alat secara aman.
  • Mengadakan briefing harian singkat sebelum produksi untuk menyampaikan target harian dan pengecekan kesiapan tim.
  • Membuat rotasi tugas ringan agar pekerja tidak bosan dan kelelahan pada satu posisi.

Dampak:

Produktivitas meningkat, kualitas lebih seragam, dan lingkungan kerja lebih profesional.

6. Potensi Penambahan Alat Semi-Otomatis

Beberapa bagian proses produksi Risollaku sudah menggunakan mesin, namun ada proses yang bisa dibantu alat untuk meningkatkan output.

Rekomendasi:

  • Menggunakan alat pembantu seperti portion scoop (sendok takar) agar isian risol lebih cepat dan seragam.
  • Mempertimbangkan pembelian alat semi-otomatis untuk pengisian risol jika permintaan terus meningkat.
  • Menggunakan rak pendingin bertingkat untuk mempercepat alur penyimpanan sebelum masuk ke freezer besar.

Dampak:

Kecepatan produksi meningkat tanpa mengorbankan kualitas, sekaligus mengurangi kelelahan pekerja.

 

  • Dokumentasi Proses Pembuatan Kulit Risol – Sumber: YouTube Risollaku (2023)





Diagram Alur Produksi (Flowchart)

 


Dokumentasi Kutipan Wawancara

“Dulu saya mulai dari modal tujuh puluh lima ribu rupiah, pakai alat yang ada di rumah. Saya percaya kalau usaha itu dimulai dari apa yang kita punya dulu.” (Winery Nisasuci, YouTube “Risollaku”, menit 07:43)

 


DAFTAR PUSTAKA

Risollaku. (2023). Perjalanan usaharisol dari modal 75 ribu hingga punya pabrik sendiri [Video]. YouTube. [https://youtu.be/RISaNvpKPZA]

ValoraNews. (2023). Modal Rp75 ribu bisnis risol sampai punya pabrik sendiri, ternyata ini rahasianya. ValoraNews.com. [https://www.valoranews.com/berita/24518/modal-rp75-ribu-bisnis-risol-sampai-punya-pabrik-sendiri-ternyata-ini-

Rencana Operasional dan Prosedur Pengendalian Mutu Usaha 'Reed Diffuser Aromaterapi'

Deskripsi Produk dan Proses Produksi Produk Kreatif Aroma Ruangan:  Reed Diffuser Non-Listrik Produk yang ingin dikembangkan adalah r...